Halaman

Selasa, 07 Agustus 2012

Tolak Perdagangan Fungsi Alam Lewat Ekonomi Hijau di Rio+20

Sekitar 192 pimpinan negara, termasuk Presiden SBY akan menghadiri Konferensi Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD), KTT Rio+20 di Brazil, 13 – 22 Juni 2012. Pertemuan sepuluh tahunan ini membincangkan bagaimana perjalanan pembangunan berkelanjutan. Menipisnya sumber daya alam, krisis ekonomi, meluasnya kerusakan lingkungan, krisis iklim dan keprihatinan terhadap hasil putaran negosiasi iklim adalah tantangan utama KTT+20. Celakanya, Ekonomi Hijau akan menjadi agenda utama menjawab tantangan tersebut.  Karena, seperti yang kita ketahui, ketika sesuatu dikaitkan dengan ekonomi maka akhirnya adalah bagaimana mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Lalu, bagaimana KTT Rio+20 ini?
Menurut  peneliti asal Perancis menyebut ekonomi hijau upaya untuk memanfaatkan sisa alam yang tersedia untuk memperluas jangkauan modal keuangan dan mengintegrasikannya kedalam pasar. Langkah ini dilakukan dengan cara meletakkan nilai moneter atau harga pada biomassa, keanekaragaman hayati dan fungsi-fungsi ekosistem, seperti: penyimpanan karbon, penyerbukan tanaman, atau penyaringan air—dan mengintegrasikan layanan alam tersebut sebagai unit-unit yang dapat diperdagangkan di pasar uang (financial market).
Maka, mari mendesak Pemerintah Indonesia tidak menjadikan forum-forum internasional sebagai ajang  menjual murah sumber daya alam kita. Nantinya akan ada dukungan untuk Petisi yang akan dikirimkan kepada Pemerintah Indonesia dan  Wakil Rakyat , juga  peserta pertemuan di Rio+20 pada Puncak Konferensi, 20 – 22 Juni 2012.
Untuk memastikan masyarakat mengetahui Rio+20. CSF menyusun sebuah Catatan tentang Pembangunan “Berkelanjutan” di Indonesia 10 tahun terakhir dan Ekonomi Hijau  berjudul Komodifikasi Alam Lewat Ekonomi Hijau Memperburuk Krisis Iklim. Silahkan diunduh disini.
Apakah nantinya KTT Rio + 20 akan memperburuk alam? Maka akan ada petisi dari rakyat untuk KTT Rio + 20 agar arah pembangunan difokuskan untuk keselamatan penduduk bumi, bukan semata-mata untuk ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar