Sekitar 192 pimpinan negara, termasuk Presiden SBY akan menghadiri
Konferensi Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD), KTT Rio+20 di Brazil, 13 –
22 Juni 2012. Pertemuan sepuluh tahunan ini membincangkan bagaimana
perjalanan pembangunan berkelanjutan. Menipisnya sumber daya alam,
krisis ekonomi, meluasnya kerusakan lingkungan, krisis iklim dan
keprihatinan terhadap hasil putaran negosiasi iklim adalah tantangan
utama KTT+20. Celakanya, Ekonomi Hijau akan menjadi agenda utama
menjawab tantangan tersebut. Karena, seperti yang kita ketahui, ketika
sesuatu dikaitkan dengan ekonomi maka akhirnya adalah bagaimana mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya. Lalu, bagaimana KTT Rio+20 ini?
Menurut peneliti asal Perancis menyebut ekonomi hijau upaya untuk
memanfaatkan sisa alam yang tersedia untuk memperluas jangkauan modal
keuangan dan mengintegrasikannya kedalam pasar. Langkah ini dilakukan
dengan cara meletakkan nilai moneter atau harga pada biomassa,
keanekaragaman hayati dan fungsi-fungsi ekosistem, seperti: penyimpanan
karbon, penyerbukan tanaman, atau penyaringan air—dan mengintegrasikan
layanan alam tersebut sebagai unit-unit yang dapat diperdagangkan di
pasar uang (financial market).
Maka, mari mendesak Pemerintah Indonesia
tidak menjadikan forum-forum internasional sebagai ajang menjual murah
sumber daya alam kita. Nantinya akan ada dukungan untuk Petisi yang akan
dikirimkan kepada Pemerintah Indonesia dan Wakil Rakyat ,
juga peserta pertemuan di Rio+20 pada Puncak Konferensi, 20 – 22 Juni
2012.
Untuk memastikan masyarakat mengetahui Rio+20. CSF menyusun sebuah
Catatan tentang Pembangunan “Berkelanjutan” di Indonesia 10 tahun
terakhir dan Ekonomi Hijau berjudul Komodifikasi Alam Lewat Ekonomi
Hijau Memperburuk Krisis Iklim. Silahkan diunduh disini.
Apakah nantinya KTT Rio + 20 akan memperburuk alam? Maka akan ada
petisi dari rakyat untuk KTT Rio + 20 agar arah pembangunan difokuskan
untuk keselamatan penduduk bumi, bukan semata-mata untuk ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar